Kesalahpahaman dan Cara Mengatasinya Dalam Komunikasi Antarbudaya
Published January 28, 2012 by unasignorina
Dewasa
ini, seiring dengan berkembangnya zaman, manusia tidak dapat lagi mengelak bahwa mereka mulai digiring untuk memasuki era
globalisasi. Era globalisasi adalah suatu era dimana terjadi peningkatan kebutuhan antara
suatu
bangsa terhadap bangsa lainnya. Hal inilah yang akhirnya mengakibatkan
tidak lagi cukup bagi manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya yang
memiliki latar belakang budaya yang sama. Era globalisasi menuntut
mereka untuk mulai melakukan komunikasi dengan manusia lainnya dengan
latar belakang budaya yang berbeda, atau dengan kata lain, secara tidak
langsung manusia dituntut untuk mulai melakukan komunikasi antarbudaya.
Komunikasi
Antarbudaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang
‘berbeda’. Dua orang yang ‘berbeda’ disini maksudnya adalah dua orang
yang berasal dari kebudayaan yang berbeda. Komunikasi yang dilakukan
antara dua orang yang ‘berbeda’ tidaklah semudah komunikasi dengan dua
orang yang ‘serupa’. Hal ini dikarenakan dua orang yang berasal dari
kebudayaan yang berbeda sering kali membawa serta nilai asumsi,
ekspektasi, kebiasaan verbal dan nonverbal, dan tata cara berinteraksi
yang sesuai dengan kebudayaan dari mana mereka berasal ketika
berkomunikasi
[1].
Perbedaan yang dibawa oleh masing-masing individu dalam berkomunikasi
inilah yang akhirnya sering kali memunculkan le malentendu, atau
kesalahpahaman.
Le Malentendu atau Kesalahpahaman
Di dalam suatu komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda
latar belakang budaya sering kali terjadi kesalahpahaman. Kesalahpahaman
merupakan ketidaksimetrisan kenyataan mengenai siapa yang benar dan
siapa yang salah. Kesalahpahaman sendiri berasal dari permasalah
penafsiran di dalam suatu proses interaksi
[2]. Vladimir Jankélévitch dalam bukunya Le-je-ne-sais-quoi et le
Presque-
rien,
La Méconnaissance et le Malentendu, menyatakan bahwa sesungguhnya
bentuk asli dari kesalahpahaman adalah kekeliruan.Kekeliruan itu sendiri
lahir dari sebuah kesepahaman atas dasar ketidaksepahaman
[3]. Menurutnya, kesalahpahaman merupakan bentuk kekeliruan yang sangat mendasar.
Di dalam buku tersebut, ia juga menambahkan pernyatataan lain
mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman, “ On
croit
ce qu’on désire et l’on entend ce qu’on croit”. Menurutnya, apa yang
dipercaya oleh manusia adalah apa yang memang ia sukai, dan apa yang ia
dengar, adalah apa yang ia percayai. Di sini Vladimir ingin mengatakan
bahwa kesalahpahaman bukan hanya merupakan ketidakpahaman, tetapi juga
tidak langsung menyadari apa yang dimaksudkan si locuteur, atau paling
tidak berpura-pura tidak menyadari apa yang dimaksud oleh locuteur. Ia
mengimajinasikan pernyataan tersebut di dalam suatu komunikasi sebagai
berikut :
“Di dalam suatu proses komunikasi, seseorang telah mengungkapkan apa
yang ingin ia katakan, dan lawan bicaranya telah memahami dengan
sempurna apa-apa saja yang memang harus dipahami dari apa yang telah
dikatakan orang tersebut. Namun, terkadang apa yang dikatakan lawan
bicara kita tidak sesuai dengan apa yang kita harap untuk mereka
katakan, hingga hal-hal yang sebenarnya sangat ingin ia dengar untuk
keluar dari mulut lawan bicaranya menutupi hal-hal yang memang
sebenarnya ia dengar. Hal inilah yang akhirnya menghasilkan suatu
ketidakjujuran.”
[4]
Komunikasi antarbudaya seringkali diwarnai oleh kesalahpahaman yang
diakibatkan oleh permasalahan bahasa, perbedaan cara berkomunikasi, dan
perbedaan orientasi nilai antarindividu dengan latar belakang budaya
yang berbeda. Kesalahpahaman dalam komunikasi antarbudaya dapat pula
bermula dari perilaku seseorang yang ketika melakukan komunikasi
antarbudaya tetap berpedoman pada norma yang berlaku di dalam kebudayaan
mereka sendiri
[5].
Dalam berkomunikasi antarbudaya, kita tidak dapat menyamaratakan norma
yang berlaku di dalam kebudayaan lawan bicara kita dengan norma yang
berlaku di dalam kebudayaan kita, karena norma yang berlaku di tiap
kebudayaan tidaklah selalu sama. Dan ketidaksamaan norma-norma
kebudayaan dalam mengelola suatu interaksi komunikatif tersebutlah yang
mengakibatkan timbulnya kesalahpahaman
[6].
Mengurangi Kesalahpahaman dalam Komunikasi Antarbudaya
Kesalahpahaman merupakan salah satu hal yang dapat menghambat
terjadinya proses komunikasi yang baik. Dalam komunikasi antarbudaya
misalnya, berawal dari kesalahpahaman yang terjadi antarindividu, dapat
mengakibatkan terjadinya konflik antarbudaya. Untuk itulah akan lebih
baik bila tiap individu memahami bagaimana cara mengurangi
kesalahpahaman dalam berkomunikasi khususnya berkomunikasi antarbudaya.
Ada beberapa aspek dalam komunikasi yang dapat mengakibatkan
terjadinya kesalahpahaman, misalnya saja aspek bahasa. Untuk mengurangi
resiko terjadinya kesalahpahaman yang diakibatkan oleh bahasa, ketika
melakukan komunikasi antarbudaya, ada baiknya bila kita menggunakan
bahasa yang umum, dan hindari penggunaan bahasa eksklusif yang mungkin
hanya dikenali kelompok tertentu. Aspek lain yang seringkali
mengakibatkan kesalahpahaman adalah aspek budaya. Perbedaan budaya
merupakan sumber kesalahpahaman dalam komunikasi antarbudaya yang sering
kita temui. Untuk itu, dua individu beda budaya yang melakukan
komunikasi haruslah memiliki pandangan positif terhadap kebudayaan dan
etnik lawan bicaranya. Bahkan tiap individu diharapkan berpikiran
terbuka dan memiliki pengetahuan mengenai kebudayaan dan cara
berkomunikasi lawan bicaranya.
Pada dasarnya, untuk dapat berkomunikasi dengan orang asing kita
harus dapat memahami bagaimana mereka ingin diperlakukan dan seperti apa
mereka ingin dilihat.
Kesimpulan
Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua
orang dengan latarbelakang budaya yang berbeda. Perbedaan latabelakang
budaya yang dimiliki dua individu inilah yang kerap memunculkan
kesalahpahaman di dalam komunikasi yang mereka lakukan. Kesalahpahaman
merupakan suatu hal yang dapat menghambat komunikasi yang bisa saja
berujung dengan terjadinya konflik antarbudaya. Untuk itulah, dalam
melakukan komunikasi antarbudaya kita harus memiliki ilmunya dan sebisa
mungkin mengenali aspek-aspek apa saja di dalamnya yang memiliki resiko
menimbulkan kesalahpahaman.
Sekilas, mungkin komunikasi yang dilakukan dengan orang yang berbeda
latarbelakang budaya dengan kita, terlihat sulit untuk dilakukan. Namun
pada dasarnya, terlepas dari tuntutan era globalisasi, komunikasi
antarbudaya sangatlah penting untuk dilakukan. Karena kita dapat belajar
lebih banyak dari orang-orang yang ‘berbeda’ dengan kita dibandingkan
dengan orang-orang yang ‘serupa’ dengan kita. Dan melalui pencerminan
orang lainlah kita akan lebih bisa mengenal diri kita sendiri.